ï»żTopik Khusus Nasrudin Hoja dikenal sebagai filsuf yang bijak namun memiliki kisah-kisah dan anekdot yang lucu. Kisah-kisah Nasrudin Hoja biasanya mengandung humor dan mendidik. Berita Terkini Temu Hikmah Kisah Nasrudin Hadiah Gajah dari Komandan Tentara Rabu, 2 Maret 2022 0400 WIB Temu Hikmah Kisah Nasrudin Kuda yang Bisa Bernyanyi Selasa, 1 Maret 2022 2309 WIB Temu Hikmah Kisah Anak Lelaki Pintar dan Keledai yang Hilang Selasa, 1 Maret 2022 1416 WIB Temu Hikmah Pelukis dan Perempuan Kaya Pembawa Anjing Senin, 28 Februari 2022 0500 WIB Temu Hikmah Saat Nasrudin Datang ke Pesta Senin, 28 Februari 2022 0420 WIB Temu Hikmah Tips Pertama untuk Layanan Kedua Minggu, 27 Februari 2022 2132 WIB Temu Hikmah Nasrudin dan Doa yang Tergesa Minggu, 27 Februari 2022 2128 WIB Temu Hikmah Nasrudin dan Janggut Kepala Desa Sabtu, 26 Februari 2022 0620 WIB Temu Hikmah Nasrudin dan Puisi Karya Kepala Desa Sabtu, 26 Februari 2022 0415 WIB Temu Hikmah Nasrudin dan Pot Tetangga yang Beranak Jumat, 25 Februari 2022 0700 WIB Temu Hikmah Nasrudin dan Lelaki Buta Huruf Kamis, 24 Februari 2022 0500 WIB Temu Hikmah Takdir Menurut Nasrudin Kamis, 24 Februari 2022 0420 WIB Temu Hikmah Satu Cara untuk Bisa Bergembira! Rabu, 23 Februari 2022 0430 WIB Temu Hikmah Nasrudin Pakaian yang Memberi Makanan Selasa, 22 Februari 2022 0415 WIB Temu Hikmah Nasrudin di Medan Perang..!! Senin, 21 Februari 2022 0600 WIB 1 2 Next
Padasuatu waktu, orang-orang dari kota mengundang Nasruddin untuk menyampaikan pidato. Sesampainya di mimbar, ia menemukan para penonton ti
Dream- Nasrudin Hoja merupakan sosok cerdik dan jenaka dalam literatur Islam. Dia kerap berlaku dan berkata konyol namun penuh hikmah. 190 Kata-Kata Bijak Tentang Kesabaran, Buat Hati Lebih Tenang. Suatu hari, Nasrudin terlibat perbincangan dengan hakim. Si hakim adalah seorang cendekiawan namun berpikir hanya dalam satu sisi saja.
Ada seorang pedagang tua meninggal dan mewariskan harta yang cukup banyak buat anak lelaki satu-satunya. Namun karena anak itu sangat gemar berfoya-foya dengan teman-temannya dalam sekejap habislah harta warisan orang-tuanya. Tentu saja kawan-kawannya mengetahui bahwa ia sudah miskin mereka meninggalkannya. Ketika ia benar-benar miskin dan sebatangkara, pergilah ia menemui Nasruddin Hoja yang dikenal bijak dan dapat menolong siapa pun yang sedang mengalami kesulitan. âHartaku sudah habis dan kawan-kawanku semuanya telah meninggalkanku,â kata anak lelaki itu. â Tolong ramalkan apa yang akan terjadi pada saya.â âOh, jangan khawatir,â jawab Nasruddin Hoja âSegalanya akan beres kembali. Tunggu beberapa hari, kau akan senang dan bahagia melebihi sebelumnya.â Anak itu gembira bukan main mendengar kata-kata itu. âJadi saya akan kembali menjadi kaya raya ?â tanyanya. âO, tidak, bukan itu maksudku. Kau salah tafsir. Maksudku ialah dalam waktu yang tak lama kau akan terbiasa menjadi orang miskin dan terbiasa pula tak mempunyai teman. Seorang filsuf dan moralis yang terkenal singgah di kota Ak Shehir tempat Nasruddin Hoja tinggal. Filsuf itu telah banyak mendengar tentang kebijaksanaan Nasruddin Hoja, ia bermaksud mengajaknya berdiskusi. Untuk itu ia mengundang Nasruddin Hoja makan di suatu restoran. Setelah memesan makanan, mereka pun berdiskusi. Tak lama kemudian pelayan datang menghidangkan dua ekor ikan bakar. Salah satu ikan bakar itu memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari ikan lainnya. Tanpa ragu-ragu Nasruddin Hoja mengambil ikan yang terbesar. Sang filsuf menggerenyitkan keningnya menatap Nasruddin Hoja dengan tatapan yang tak percaya. Kemudian Sang Filsuf mengatakan bahwa apa yang dilakukan Nasruddin adalah suatu hal yang hina dan egois dan bertentangan dengan prinsip-prinsip moral, etika dan kepercayaaan masyarakat pada umumnya. Nasruddin Hoja mendengarkan khotbah Sang Filsuf dengan sabarnya sampai Sang Filsuf kehabisan tenaga. âKalau begitu Tuan, seharusnya apa yang akan kau lakukan ?â tanya Nasruddin Hoja kemudian. âKalau saya, sebagai orang yang bijak. Saya tidak akan mementingkan diri sendiri dan tentunya akan mengambil ikan yang lebih kecil untuk diriku sendiri.â Kata Sang Filsuf. âSilakan kalau begitu !â kata Nasruddin Hoja singkat, sambil menyodorkan ikan yang kecil pada Sang Filsuf. Nasruddin berbincang-bincang dengan hakim kota. Hakim kota, seperti umumnya cendekiawan masa itu, sering berpikir hanya dari satu sisi saja. Hakim memulai, âSeandainya saja, setiap orang mau mematuhi hukum dan etika, âŠâ Nasruddin menukas, âBukan manusia yang harus mematuhi hukum, tetapi justru hukum lah yang harus disesuaikan dengan kemanusiaan.â Hakim mencoba bertaktik, âTapi coba kita lihat cendekiawan seperti Tuan. Kalau Anda memiliki pilihan kekayaan atau kebijaksanaan, mana yang akan dipilih?â Nasruddin menjawab seketika, âTentu, saya memilih kekayaan.â Hakim membalas sinis, âMemalukan. Tuan adalah cendekiawan yang diakui masyarakat. Dan Tuan memilih kekayaan daripada kebijaksanaan?â Nasruddin balik bertanya, âKalau pilihan Tuan sendiri?â Hakim menjawab tegas, âTentu, saya memilih kebijaksanaan.â Dan Nasruddin menutup, âTerbukti, semua orang memilih untuk memperoleh apa yang belum dimilikinya.â
QCDvq.